Manajemen resiko atau yang dikenal dengan istilah risk management, merupakan salah satu hal potential loss).
Sayangnya, banyak trader yang meremehkan hal ini karena terburu-buru ingin terjun langsung trading tanpa memperhitungkan resiko. Jika anda trading forex tanpa menggunakan aturan manajemen keuangan, hal ini sama saja dengan berjudi.
Manajemen resiko tidak hanya akan melindungi anda dari kerugian, tapi akan memampukan anda untuk bertahan dalam dunia trading forex dalam jangka waktu panjang. Trading forex merupakan suatu permainan probabilitas, yang berarti anda harus menggunakan setiap faktor sebaik-baiknya untuk memperbesar kemungkinan anda untuk menang.
Ada berbagai faktor yang harus anda perhatikan dalam hal manajemen resiko:
Modal
Dalam bisnis trading forex, agar dapat menghasilkan uang kita memerlukan uang sebagai modal finansial. Dalam bisnis, modal yang tidak cukup (undercapital) merupakan satu kesalahan yang umum, begitu pula dalam dunia trading forex. Jika anda tidak dapat membuka akun dengan jumlah modal yang cukup besar, lebih baik bersabar, kumpulkan uang terlebih dahulu sambil belajar trading secara benar sampai anda betul-betul siap secara finansial.
Drawdown & Kekalahan Beruntun
Jika anda memiliki uang sebesar $1000 dan rugi sebesar $500. Anda telah kehilangan uang sebesar 50%. Dalam dunia trading forex, hal ini dikenal dengan istilah drawdown. Drawdown merupakan kondisi dimana modal anda berkurang setelah mengalami kekalahan secara beruntun, dan umumnya dinyatakan dalam angka persentase.
Dalam dunia trading forex, kita harus memiliki keunggulan dalam menghadapi pasar. Dengan alasan ini-lah maka para trader menggunakan sistem trading. Sistem trading yang unggul 70% kelihatannya merupakan suatu cara yang baik untuk diterapkan, namun apakah untuk setiap 100 transaksi anda akan menang 70 kali?
Dapatkah anda memastikan dari 70 transaksi tersebut akan menghasilkan profit? Tentu saja tidak bisa. Anda bisa saja kalah 30 kali berturut-turut pada masa awal trading dan selanjutnya menang 70 kali. Ini tetap termasuk sistem trading yang unggul 70%. Namun anda harus bertanya pada diri sendiri, apakah modal anda masih cukup untuk terus trading bila mengalami kekalahan beruntun 30 kali.
Tidak peduli sistem trading forex apa yang anda pakai, anda dapat saja mengalami kekalahan beruntun. Bahkan para trader profesional pun bisa mengalami kekalahan beruntun, namun pada akhirnya tetap saja profit karena mereka menggunakan manajemen keuangan yang benar. Pada setiap transaksi, mereka hanya akan menggunakan sebagian kecil dari modal-nya sebagai resiko, sehingga meskipun mengalami kekalahan beruntun mereka bisa bertahan. Drawdown merupakan realitas yang tidak dapat dihindari. Kunci kesuksesan seorang trader forex terletak pada penerapan rencana trading yang memungkinkan ia tetap bertahan meskipun mengalami kekalahan beruntun, dan manajemen resiko merupakan bagian dari rencana trading yang harus dilaksanakan secara disiplin.
Sebagai contoh, berikut tabel perbandingan antara penggunaan persentase resiko kecil dan persentase resiko besar terhadap suatu modal.
Faktor Resiko 2% vs. 10% Untuk Setiap Transaksi
Terlihat perbedaan nyata antara menggunakan 2% sebagai resiko versus 10% pada tiap transaksi.
Jika anda mengalami kekalahan beruntun 19 kali, dengan 10% resiko maka modal yang tersisa hanya $301. Ini berarti Anda kehilangan 85% dari modal awal. Tapi bila anda menerapkan 2% resiko, masih ada sisa modal sebesar $1391, hanya kehilangan 30% dari modal awal. Bahkan Jika anda hanya kalah beruntun sebanyak 5 kali, dengan resiko 10% sisa uang anda menjadi $1312, tapi resiko 2% anda masih punya modal sebesar $1845. Perbedaan yang cukup besar!
Anda perlu menerapkan manajemen resiko secara benar sehingga bila anda melalui masa drawdown karena kekalahan beruntun, anda tetap memiliki modal yang cukup untuk bisa bertahan. Di samping itu, semakin besar kekalahan yang anda alami (semakin banyak modal berkurang) akan semakin sulit untuk kembali breakeven ke jumlah modal semula. Maka anda perlu amat berhati-hati dalam menerapkan manajemen keuangan.
Rasio Reward-to-Risk (Untung-Rugi)
Cara lain agar dapat meningkatkan kesempatan memperoleh profit yakni dengan cara trading hanya bila anda berpotensi meraih keuntungan 3 kali lipat dari kerugian. Bila anda memakai rasio reward-to-risk sebesar 3:1, maka semakin besar kesempatan anda untuk profit.
Perhatikan tabel berikut ini:
Pada contoh di atas terlihat jika anda hanya menang 50% maka anda masih mendapatkan profit sebesar $1000. Jika anda trading forex dengan rasio untung-rugi yang baik maka kesempatan anda untuk profit semakin besar bahkan bila persentase menang anda lebih sedikit.
Tapi dalam pelaksanannya ada hal yang perlu anda waspadai. Jika anda seorang scalper dan anda mengambil resiko kerugian sebesar 3 pips setiap transaksi. Dengan menggunakan rasio untung-rugi 3:1 berarti target profit setiap transaksi adalah 9 pips. Tapi ingat, ada faktor spread yang harus anda perhitungkan!
Jika anda mengurangi jumlah posisi anda, anda dapat memperlebar jarak Stop Loss untuk mencapai rasio untung-rugi yang anda inginkan. Bila anda memperbesar jumlah resiko kerugian sebesar 50 pips, maka target untung anda menjadi 150 pips, sehingga mendekati rasio 3:1 seperti yang anda inginkan semula.
Pada kenyataannya, rasio untung-rugi bukanlah suatu hal yang pasti, karena harus disesuaikan dengan timeframe, kondisi market, dan entri/exit poin anda. Masuk akal bagi seorang trader jangka panjang untuk menggunakan rasio untung-rugi 10:1, sementara bagi seorang scalper rasio 0.7:1 mungkin lebih menguntungkan.
Berkaitan dengan resiko yang harus dihadapi apabila kita ingin memulai investasi di forex, dibutuhkan kiat-kiat khusus untuk memperkecil, atau bahkan membalikkan posisi kita yang tadinya minus menjadi kembali positif dan memperoleh untung, antara lain sebagai berikut:
1. Cut loss: Merupakan aksi menutup posisi Anda yang berlawanan dengan pergerakan harga pasar. Cut loss
dipakai untuk membatasi kerugian yang dialami sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.
Misalnya, pada pair GBPUSD, kita Open Buy pada harga 1.8000. Membuka posisi Buy berarti kita mengharapkan harga naik melebihi 1.8000 agar dapat memperoleh untung. Harapan kita harga bergerak misalnya hingga 1.8100 sehingga kita dapat memperoleh profit 100 point. Ternyata harga bergerak berlawanan dengan yang kita harapkan, harga bergerak turun terus menerus dari 1.8000 menjadi 1.7980 dan masih menunjukkan tendensi turun.
Daripada kita mengalami kerugian lebih lanjut dan akhirnya mengalami margin call maka lebih baik posisi ditutup meskipun kita menanggung kerugian 20 point (1.8000 menjadi 1.7980 = -20 point). Aksi ini dinamakan cut loss yaitu menutup posisi yang merugi guna mencegah kerugian yang lebih besar.
2. Switching: Aksi ini mirip dengan cut loss, tetapi bedanya setelah menutup posisi kita yang merugi, kita
membuka posisi baru dengan arah yang sama dengan pergerakan harga pasar.
Pada contoh yang sama dengan cut loss diatas, maka kita menutup posisi kita di 1.7980 kemudian kita membuka posisi baru Open Sell karena harga cenderung mengalami penurunan. Dengan demikian apabila harga terus turun katakanlah mencapai 1.7900 maka secara keseluruhan kita mengalami loss 20 point namun memperoleh profit sebesar 80 points (1.7980-1.7900 = 80) sehingga total kita masih memperoleh profit 60 points.
3. Averaging: Cara ini membutuhkan modal ekstra agar dapat mempertahankan posisi yang telah kita buka yang ternyata
bergerak berlawanan dengan harga pasar.Pada contoh yang sama dengan Cut Loss diatas, maka bila kita hendak melakukan aksi averaging maka kita membuka posisi baru namun dalam hal ini tidak seperti switching yang menutup posisi kita yang mengalami kerugian lalu membuka posisi baru yang berlawanan dengan posisi kita yang sebelumnya dengan alasan harga telah bergerak turun. Pada averaging kita tidak menutup posisi kita yang telah dibuka (pada kasus ini Open Buy) lalu bahkan kita menambahinya dengan membuka posisi baru dengan arah yang sama yaitu Open Buy kembali. Mengapa? Bukankah kita sudah Open Buy sebelumnya dan mengalami kerugian, lalu mengapa melakukan Open Buy kembali? Alasannya sederhana, kita berharap karena harga telah turun maka harga akan kembali naik sehingga ketika kita melakukan aksi Open Buy yang kedua diharapkan harga bergerak naik bahkan melampaui Open Buy kita yang pertama sehingga kita memperoleh keuntungan ganda.
Ketiga manajemen resiko diatas sangat sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Akan tetapi apakah dengan mengetahui ketiga manajemen resiko tersebut kita dipastikan tidak mengalami loss? Jawabannya tentu saja tidak. Apabila Anda cermati, ketiga manajemen resiko diatas bertumpu pada satu hal yaitu kemampuan dalam menganalisa pergerakan harga. Manajemen resiko bahkan tidak pernah menjadi efektif jika kita tidak mampu melakukan analisa dengan benar dan akurat. Jadi, mengetahui analisa adalah keharusan dalam memulai investasi di forex trading.
Incoming search terms:
- contoh risk management untuk strategi scalping
- contoh managemen resiko dalam forec
- majemen resiko dalam forex
- manajemen scalping
- manajemen trading forex
- menajemen risiko dalam forx
- teknik manajemen risiko forek
- teknik scalper dan manajemen resiko
0 Response to "Informasi sangat pentingnya manajemen resiko dalam forex"
Post a Comment