Kisah Dua Buah Guci

Kisah Dua Buah Guci


_________
Kisah Dua Guci

Halo semuanya, kali ini Ollie ingin menceritakan sebuah kisah kepada kalian semua. Semoga bermanfaat yaa. "
Alkisah ada dua buah guci yang sedang dipajang di sebuah toko. Guci yang satu adalah sebuah guci biasa yang dibanderol dengan harga yang tentu cukup murah, sementara guci kedua merupakan guci hias yang biasa kita temukan di depan rumah-rumah besar di pusat kota. Dan tentu saja harga dari guci tersebut jauh lebih mahal dibandingkan dengan guci yang pertama.
Ketika dipajang di etalase, kedua guci tersebut lalu berbincang. Sebut saja guci murah adalah guci A dan guci mahal adalah guci B. Dan inilah perbincangan mereka.

Kisah 2 Buah Guci 

Aku begitu iri dengan dirimu, padahal aku yang lebih lama berada di sini, tetapi orang-orang yang melewati toko ini selalu melirik dirimu. Sedangkan hanya beberapa saja yang melirikku.

Padahal, mereka juga sudah bisa menerka kalau hargamu jauh lebih mahal. Apalagi kau mendapatkan perawatan berbeda dari penjaga toko ini. Kau dibersihkan dengan teliti setiap beberapa menit sementara aku hanya dibersihkan dengan kemoceng saja sehari sekali.
Yah, aku tidak bisa menyangkalnya. Dan aku memang merasakan hal itu, tetapi kamu seharusnya tahu bagaimana aku bisa seperti sekarang ini.
Memangnya apa yang terjadi kepadamu sebelum menjadi seperti ini?
Hmm, baik, sepertinya memang harus kujelaskan agar kau mengerti. Sebenarnya kita sama saja, sebelum kita menjadi sebuah guci, kita hanyalah sebuah tanah liat. Yang kemudian dipukulkan dan dilemparkan dengan keras. Lalu kita diputar-putar sampai menjadi bentuk yang diinginkan oleh pembuat kita.
Yah, kalau itu aku juga mengalaminya. Lalu apa yang membedakan kita?
Kalau dirimu, pasti  setelah itu langsung dibakar bukan? Tetapi kalau aku, sebelum dibakar aku digores-gores dengan pisau tajam secara perlahan oleh pembuatku. Kulitku terkelupas hingga aku hampir kehilangan bentuk asliku. Goresan ini yang kulihat tidak ada pada dirimu.
Hmm, betul juga, tetapi jika hanya karena itu saja, tidak mungkini kau dihargai dengan harga semahal itu.

Kau benar, hargaku semakin mahal karena pembuatku membuat diriku semakin berbeda dengan mewarnaiku. Terkadang di proses itu aku harus menerima goresan-goresan lagi sehinga tubuhku hampir rusak, tetapi pembuatku tidak mau menyerah untuk membuatku berbeda dan menjadi lebih indah. Bukan hanya itu saja, setelah itu aku pun harus  kembali dibakar lagi untuk kedua kalinya. Setelah itu tubuhku harus dikikis dengan amplas supaya menghasilkan permukaan yang halus dan cantik
Kalau begitu pantaslah kau dihargai sangat mahal, penciptamu pasti membutuhkan waktu yang lama dan usaha yang keras untuk membuatmu jadi sekarang ini.

Banyak dari kita yang iri dengan orang lain karena apa yang mereka telah mereka capai hingga saat ini. Padahal, setiap orang selalu mempunyai kisah di balik keberhasilannya dalam meraih sesuatu, yang seringka penuh pengorbanan. Sikap iri boleh saja, asalkan jangan berlebihan. Seringlah melihat ke dalam diri sendiri dan milikilah impian, agar hidup lebih mempunyai makna.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Dua Buah Guci"

Post a Comment